By
at
On August 26, 2007
Dikarenakan minimya sumber untuk mengulas tokoh-tokoh dari post strukturalisme, maka tidaklah menjadi soal kalau dalam paper ini penulis hanya akan menyampaikan salah satu tokoh dari post-strukturalisme, yaitu Jacques Derrida.
a. Riwayat Hidup dan Karya Jacques Derrida
Jacques Derrida lahir di al-Jazair pada tanggal 15 Juli 1930,dan ia adalah seorang Filusuf Prancis keturunan Yahudi. Pada tahun 1949 Ia pindah ke Prancis dan menetap di Prancis hingga akhir hayatnya. Beliau kuliah dan belajar di Prancis hingga akhirnya dia menjadi maitre-assistant, dosen tetap di bidang Filsafat. Selain dosen tetap di bidang filsafat, beliau juga dalam beberapa waktu sebagai dosen tamu di Yale University, Amerika Serikat. Dan pada masa mudanya Derrida pernah menjadi anggota Partai Komunis Prancis.
Pada tahun 1962, Derrida menerbitkan terjemahan karangan Husserl Asal-Usul Ilmu Ukur Introduction au probleme du signe dans la phenomenology de Husserl (suara dan fenomena. Pengantar pada masalah tanda dalam Fenomenologi Husserl) memberi komentar panjang lebar atas uraian Husserl tentang tanda dalam buku Penelitian-Penelitian Logika, Bab I, pasal 1 s/d 9. bersama suatu pendahuluan. Kemudian tahun 1967 Derrida menerbitkan tiga buku sekaligus, yaitu L’écriture et la différance (tulisan dan perbedaan), De la grammatologie (tentang gramatologi), dan La voix et le phenomène. Selain itu
Pada tahun 1972 terbit tiga buku lagi, yaitu Marges de la philosophie (pinggiran-pinggiran filsafat), la dissemination (penyebaran) dan Positions (posisi-posisi). L’archeologie du frivole (1967) (arkeologi tentang yang sembrono), Glas (1974), Eperons (1976), Eperons. Les styles de Nitzsche (1978), La verite en peinture (1978) (Kebenaran dalam Seni Lukis).La carte postale de Socrate a Freud et au-dela (1980) (Kartu pos dari Socrates kepada Freud dan di seberang-nya), De l’esprit. Heidegger et la question (1987) (tentang spirit. Heidegger dan pertanyaan), Spectress de Marx Spectre berarti : baik momok maupun spectrum), dan Politiques de l’amitie (1994) (Politik Persahabatan).
Sejak tahun 1974 Derrida ikut aktif dalam kegiatan-kegiatan himpunan dosen filsafat yang memperjuangkan tempat yang wajar untuk filsafat pada taraf sekolah menengah : Greph (Group de recherché sur l’enseignement philoshophique) (Kelompok penelitian tentang Pengajaran Filsafat). Kelompok ini didirikan akibat dari situasi lingkungan pada saat itu yang mempersoalkan filsafat pada sekolah menengah. Pada saat ini juga Derrida menulis sebuah artikel yang berjudul Qui a peur de la philoshophie? (1977) (Siapa Takut pada Filsafat?). dan sebuaha karangan-karangan baru yang dikumpulkan dalam sebuah buku Du droit a la phlosophie (1990) (Tentang Hak atas Filsafat).
Dari tulisan-tulisan yang di buat atau ditulis oleh Derrida, maka sudah bisa kita lihat bahwasanya Derrida menulis atas dasar kritikan-kritikan terhadap para filusuf-filusuf, ilmuan-ilmuan, dan sastrawan-satrawan. Akan tetapi komentarnya itu atau kritikannya itu dalam bentuk khusus, dengan cara inilah pemikiran Derrida selangkah demi selangkah berkembang. Dari hasil kritikan serta komentarnya itu Derrida menghasilkan sebuah pemikiran atau menyajikan teks-teks baru yang tidak dikatakan dalam teks-teks yang yang dia kritik. Prosedur yang dilakukan oleh Derrida ini disebut dengan deconstruction, “pembongkaran”.
b. Pemikiran Filosofisnya
Sebagaimana yang dilakukan oleh para filusuf sebelum Derrida khususnya Heiddeger dan Levinas yang mempersoalkan dan mengkritik seluruh tradisi filsafat barat, begitupula dengan Derrida yang mebicarakan dan mempersoalkan hal tersebut. Derrida juga terpengaruh dengan pemikiran Heidegger sebagaimana pengakuannya “segala sesuatu yang saya usahakan ini tidak mungkin tanpa lingkup keterbukaan yang diciptakan oleh pemikiran Heidegger”. Dan dikatakan juga bahwasanya pemikiran Derrida merupakan semacam radikalisasi dari filsafat Heiddeger, akan tetapi tidak dalam artian bahwa dia meneruskan pemikiran Heidegger begitu saja. Sebaliknya, ia mengembangkan pendiriaanya sendiri dengan mengktitik dan mempermasalahkan antara lain Heiddeger.
Salah satu pandangan Derrida yaitu tentang ilmu pengetahuan dan filsafat, bagi Derrida filsafat tidak dapat dipertentangkan dengan ilmu pengetahuan. Filsafat dan ilmu pengetahuan pada dasarnya merupakan hal sama, karena kedua-duanya berakar dalam rasionalitas yang sama. Yaitu bahwa rasionalitas itu tidak lain daripada pemikiran Barat yang lahir di Yunani dan berlangsung sampai hari ini.
Pemikiran Barat yang pada waktu itu berpandangan bahwa yang ADA itu dimengerti sebagai “kehadiran”, maka menurut Derrida pemikiran tentang ada sebagai “kehadiran” itu disebut juga kedalam “metafisika”. Dan pandangan ini selanjutnya berpengaruh terhadap pandangan tentang tanda. Dalam tradisi metafisis tanda menghadirkan sesuatu yang tidak hadir. Tanda mengganti apa yang tidak hadir. Derrida juga berpendapat bahwa kehadiran tidak merupakan sesuatu instansi independen yang mendahului tuturan dan tulisan kita, tetapi sebaliknya ditampilkan dalam tuturan dan tulisan kita, dalam tanda yang kita pakai.
Pandangan ini adalah pandangan yang berbalik dari apa yang disebutnya “Logosentrisme” : pemikiran tentang ada sebagai kehadiran. Dan pandangan ini juga yang menjadi analisis terhadap pandangan tentang tanda yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure, perintis besar linguistik modern, yang memperlihatkan bahwa di situ pun masih ada sisa-sisa logosentrisme.
Kemudian Derrida berusaha memikirkan tanda sebagai trace(bekas), suatu kata yang sebelumnya sudah dipakai sebagai istilah teknis dalam filsafat, pada plotinus misalnya dan di zaman kita sekarang pada Heiddeger dan terutama Levinas. Bekas tidak mempunyai substansi atau bobot sendiri, tetapi hanya menunjuk. Bekas tidak dapat dimengerti tersendiri (terisolasi dari segala sesuatu yang lain), tetapi hanya sejauh menunjuk kepada hal-hal lain. Bekas mendahului objek. Bekas itu sebelumnya bukan efek, melainkan terutama penyebab, kata Derrida.Sehingga bisa dikatakan bahwa tanda secara definitive (dan tidak untuk sementara saja) mendahului kehadiran; tanda selalu sebelum objek.
Menurut Derrida jaringan tanda atau rajautan tanda bisa di sebut dengan “teks”, Derrida menggunakan kata teks dalam arti yang jauh lebih luas daripada arti yang biasa, sebab bagi dia segala sesuatu yang ada mempunyai status teks. Segala sesuatu yang ada merupakan teks. Segala sesuatu yang ada ditandai tekstualitas. Tidak ada hors-texte, kata Derrida, tidak ada sesuatu di luar teks. Dan jika fenomenologi dulu asyik berbicara dengan intersubyektifitas, maka Derrida sekarang berbicara tentang intertekstualitas, karena suatu teks tidak pernah terisolasi tetapi selalu berkaitan dengan teks-teks lain.
Derrida menerangkan tengtang ilmu “Gramatologi” ilmu tentang Gramma, huruf-huruf, inskripsi, tulisan. Gramma adalah “tanda dari tanda” atau tanda yang menunjuk kepada tanda lain. Maka dari itu dapat dikatakan juga bahwa gramatologi adalah ilmu tentang tekstualitas.
Selain itu pemikiran Derrida yang lainnya yaitu konsepnya tentang Differance, dimana kata ini tidak akan ditemukan dalam kamus bahasa Prancis, karena kata ini dibuat sendiri oleh Derrida. Para pemikir dan penerus pemikiran Derrida cukup kesulitan dalam memahami kata Differance, sebab kata tersebut tidak “ada”. Mengatakan bahwa Differance “ada” akan berarti menguraikannya dalam suasana “kehadiran”. Karena kata ini dimaksudkan untuk melampaui sesuatu yang metafisika atau melampaui pemikiran yang ditandai ke-hadiran.
Derrida memberi berbagai penjelasan tentang kata Differance ini, setidaknya ia menguraikan kata ini dengan empat arti yaitu, Pertama-tama, Differance menunjuk kepada apa yang menunda kehadiran. Differance adalah proses penundaan (sekaligus aktif dan pasif), yang tidak didahului oleh suatu kesatuan asli. Kedua, Differance adalah gerak yang mendiferensiasikan. Dalam arti Differance adalah akar bersama bagi semua oposisi antara konsep-konsep seperti misalnya inderawi-rasional, intuisi-representasi, alam-kultur. Ketiga, Differance adalah produksi semua perbedaan yang merupakan syarat untuk timbulnya setiap makna dan setiap struktur. Perbedaan-perbedaan ini merupakan sebuah hasil Differance. Jadi, arti ketiga ini dekat dengan pemikiran Saussure. Keempat dan terakhir, Differance dapat menunjukkan juga berlangsungnya perbedaan antara ada dan adaan, suatu gerakan yang belum selesai.
Perlu ditambah juga bahwasanya kata Differance tidak boleh dibayangakan sebagai “asal-usul”, sebagai identitas terakhir yang melebihi semua perbedaan faktual. Dan dapat kita katakana juga dan bisa kita lihat bahwa filsafat Derrida ini secara radikal bersifat berhingga. Dalam pemikiran Derrida tidak ada tempat untuk sesuatu pemikiran yang tidak terhingga.
Inilah uraian singkat yang penulis bisa sajikan, dan mungkin uraian ini tidak sampai pada tahapan sempurna karena penulis yakin dan sadar bahwasanya tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, apalagi ditambah dengan kekurang pahaman penulis tentang objek yang telah di uraikan diatas. Akan tetapi mudah-mudahan tulisan ini bisa menjadi awal celah bagi cahaya yang lebih besar dan bermanfaat bagi kita semua.
Sumber:
Bertens, Kees. Filsafat Barat Kontemporer Prancis. Yogyakarta : Kanisius
http://id.wikipedia.org/wiki/Jacques_Derrida kamis, 13-09-2007, 16: 37.
Rate:
Dont have comment yet for: "Jacques Derrida"
Post a Comment