By
On July 17, 2011
Oleh: Wisnu Hartanto
Dalam perkembangan zaman yang melaju dengan semakin mantap dan pasti disegala bidang telah membawa banyak perubahan. Namun perubahan-perubahan yang terjadi tidak selalu diimbangi dengan upaya untuk memeratakan hasil dari pembangunan itu dalam bidang lain untuk kemakmuran bersama. Hal inilah yang dihadapi banyak negara terutama negara-negara berkembang. Lihatlah inggris pada tahun 1700-an dimana tingkat kemiskinan meningkat karena terjadinya revolusi industri yang menyebabkan perbedaan kelas buruh dan minimnya upah tenaga kerja ketika banyak penduduknya beralih profesi menjadi kaum buruh dan ketika Amerika pada 1930-an mengalami great depression karena naiknya harga minyak dunia yang menyebabkan melambungnya harga barang yang lain. Banyak negara hanya berprioritas untuk meningkatkan pembangunan dalam upaya mempermudah dan mempercepat pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara tanpa adanya perhatian khusus pada bidang kehidupan yang lainnya sehingga terjadi ketimpangan ketika rencana yang telah ditetapkan mengalami kendala.
Hal diatas memberikan gambaran bahwa faktor penyebab kemiskinan tidak hanya dipandang sebagai persoalan / masalah independen yang lebih banyak dipengaruhi oleh sikap individual, aspek budaya, dan pada kondisi tertentu dianggap sebagai ketidakberuntungan seseorang ketika dilahirkan dalam keluarga yang miskin. Kemiskinan adalah persoalan kolektif dan struktural, rangkaian hubungan sebab-akibat berbagai faktor itu akhirnya berujung pada kondisi rendahnya tingkat pendapatan kelompok masyarakat tertentu sehingga menyebabkan mereka menjadi miskin. Pertanyaannya, mengapa mereka mempunyai pendapatan rendah, sementara kelompok masyarakat lainnya berpendapatan lebih tinggi? itulah salah satu pertanyaan yang sering muncul berkaitan dengan Masalah Kemiskinan di semua negara seperti di Indonesia .