Showing posts with label sejarah. Show all posts
Showing posts with label sejarah. Show all posts

The meaning of Isra-ElThe meaning of Isra-El

By On October 20, 2011

Defintion of Isra El, Reference word of Isra El



"Isra" means, "He who has struggled". "El" is the generic Hebrew and also Latin word for "God". So, IsraEl means He who has struggled with God.  The world's relationship with God has historically been a combination of awe, reverence and argument. This has been true ever since Abraham negotiated with God over the proposed destruction of Sodom and Gomorrah. Later Moses argued with God continuously before, during, and after leading the children of Israel out of Egypt.

You can find more the word of "Israel" on Bible, Talmud, Taurat and Koran. So, this article will helping you to understand the real meaning of Israel itself. (I'm not talking about Israel as Developed Country with parliamentary system).


Kalau Copy Paste diharapkan untuk mencantumkan Alamat Blog ini dan nama penulis sebagai Rujukan tulisan anda.  jangan lupa pula untuk meninggalkan komentar anda di postigan ini. Terimakasih telah menghargai penulis.

Penciptaan Adam Michael AngeloPenciptaan Adam Michael Angelo

By On December 2, 2009

Arti dan makna dibalik Lukisan 'The Creation of Adam'
oleh:Wisnu Hartanto

The Creation of Adam by Michael Angelo,
Siapa yang tidak pernah melihat lukisan Penciptaan Adam karya Michael Angelo di bawah ini:

penciptaan adam
Lukisan The Creation of Adam setelah perbaikan berkali-kali pada Sistine Chapel Ceiling (langit-langit Kapel gereja Sistine).

Sistine Chapel dibangun pada masa Paus Julius II di vatikan, beberapa pelukis terkenal masa renaissance yang telah menghiasi dinding dan langit-langit sistine Chapel yaitu: Michelangelo, Sandro Botticelli, Pietro Perugino, Pinturicchio dan beberapa pelukis yang namanya tidak dikenal.

Saya tidak ingin membahas secara mendalam mengenai sejarah Sisitine Chapel tetapi ingin lebih menceritakan mengenai Arti lukisan 'The Creation of Adam" karya Michael Angelo. Michael Angelo sendiri telah menghiasi langit-langit kapel dengan lukisan tangannya sepanjang 1,100 m² selama 4 tahun dari tahun 1508 - 1512.

Dalam lukisan 'The Creation of Adam' terlihat dua subjek menonjol atau penting yaitu seorang lelaki tua dan lelaki muda. Dimana beliau menganggap bahwa sosok lelaki tua tersebut adalah gambaran Tuhan dan seorang lagi yang lelaki muda adalah gambaran Adam. Kedua sosok tersebut saling mengulurkan telunjuk jarinya satu ke yang lainnya tetapi terlihat jelas bahwa kedua telunjuk tersebut tidak saling bertemu / bersentuhan.

On The Late Massacre in PiedmontOn The Late Massacre in Piedmont

By On August 3, 2009


By: John Milton

“On The Late Massacre in Piedmont” (1655)

“Avenge, O Lord, Thy slaughtered saints, whose bones lie scattered on the Alpine mountains cold;
E’en they who kept Thy truth so pure of old,
When all our fathers worshipped stocks and stones,
Forget not: in Thy book record their groans
Who were Thy sheep, and in their ancient fold

Slain by bloody Piemontes that roll’d
Mother with infant down the rocks. Their moans
The vales redoubled to the hills, and they
To heaven. Their martyred blood and ashes sow
O’er all the Italian fields, where still doth sway
The triple tyrant; that from these may grow
A hundred-fold, who, having learnt Thy way
Early may flee the Babylonian woe.”



Milton's sonnet "On the Late Massacre in Piedmont" (1655)

Peter Valdes (also known as Waldo) came into prominence in the last half of the 12th Century, as the leader of a religious group that came to be known as the Waldensians (or Waldenses). He was a rich merchant in Lyons, France, who around 1170 renounced his wealth in favor of a life of poverty, simplicity, and preaching. In this he was similar to a number of other medieval figures, like Saint Francis of Assisi (1181?-1226), who renounced a worldly life and ended up forming small communities dedicated to worship and service. Such persons and their followers often aroused the suspicion of church authorities. Sometimes, like the Franciscans, they were able to reach an accomodation. Waldo's lack of theological training, and his use of a local dialect Bible (instead of Saint Jerome's Vulgate Latin version, recognized by the Church), were soon complained of. The Waldensians sought papal approval from the Third Lateran Council (1179), but the outcome was that Waldo was forbidden to preach and, in 1184, declared a heretic and excommunicated. With time and persecution, the Waldensians departed further from Roman teaching. The rejected the authority of the pope, denied the existence of purgagory and the efficacy of prayers for the dead, criticized the veneration of saints and the adoration of the crucifix, and dispensed with certain of the seven sacraments. They also aroused alarum among secular authorities for refusing to swear oathes in court.

Waldensian communities sprang up in many places in Europe -- Spain, northern France, Flanders, Germany, Poland, southern Italy, Hungary -- but severe persecution (extending to active torture and execution) eventually reduced them to remote niches in the Cottian Alps of Italy and France. The partisans of the 16th-century Reformation recognized them as early defenders of their notion of true religion, and a series of conferences around the middle of the century resulted in their becoming in effect a branch of the Genevan (i.e., Calvinist) Church. This did not, of course, make them any less worthy as a target of Catholic repression. In the middle of the 17th Century, the Duke of Savoy unleashed a campaign to suppress the communities living in the Piedmont region of his domains. Milton himself may have had a hand in drafting the appeals sent by Oliver Cromwell to the Duke of Savoy urging him to end the persecution.

Milton's fmous poem is a response to one particularly flagrant atrocity that resulted during this larger crusade to re-establish the true faith.

Ir.Soekarno's quoteIr.Soekarno's quote

By On December 27, 2004



Kutipan dari Ir.Sukarno

* “Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit.”
* “Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat mengubah dunia.”
o Dikutip dari Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia karya Cindy Adams
* “Bunga mawar tidak mempropagandakan harum semerbaknya, dengan sendirinya harum semerbaknya itu tersebar di sekelilingnya.”
o Diucapkan ketika menyematkan bintang sakti kepada dua orang perwira, yaitu Mayor Benny Moerdani dari RPKAD dan Mayor Untung bin Sjamsuri dari Banteng Raiders.
* “we have only scratched the surface ”
o Kutipan Pidato Bung Karno di Semarang, 29 Juli 1956
* “Negeri kita kaya, kaya, kaya-raya, Saudara-saudara. Berjiwa besarlah, berimagination. Gali ! Bekerja! Gali! Bekerja! Kita adalah satu tanah air yang paling cantik di dunia”.
o Kutipan Pidato Bung Karno di Semarang, 29 Juli 1956
* “Dan agar yang tidak murni terbakar mati!”
o Pidato tertulis PJM Presiden Sukarno pada Konferensi Besar GMNI di Kaliurang Jogjakarta, 17 Februari 1959.Terbangkelangit 08:12, 16 Februari 2008 (UTC)

SEJARAH

* “Massa adalah penentu sejarah, “the makers of history!”
o Kutipan Pidato Bung Karno di Semarang, 29 Juli 1956
* “Jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah.”
o Salah satu judul pidato beliau. Disingkat menjadi JASMERAH.
* Ini dadaku, mana dadamu? Kalau Malaysia mau konfrontasi ekonomi, Kita hadapi dengan konfrontasi ekonomi. Kalau Malaysia mau konfrontasi politik, Kita hadapi dengan konfrontasi politik. Kalau Malaysia mau konfrontasi militer, Kita hadapi dengan konfrontasi militer

MARHAENISME

* “Dan siapakah yang saya namakan kaum Marhaen itu?

Yang saya namakan Marhaen adalah setiap rakyat Indonesia yang melarat atau lebih tepat: yang telah dimelaratkan oleh setiap kapitalisme, imprealisme dan kolonialisme.”

*
o Pidato tertulis PJM Presiden Sukarno pada Konferensi Besar GMNI di Kaliurang Jogjakarta, 17 Februari 1959.

* “Kaum Marhaen ini terdiri dari tiga unsur:

Pertama : Unsur kaum proletar Indonesia (buruh) Kedua : Unsur kaum tani melarat Indonesia, dan Ketiga : kaum melarat Indonesia yang lain-lain”

*
o Pidato tertulis PJM Presiden Sukarno pada Konferensi Besar GMNI di Kaliurang Jogjakarta, 17 Februari 1959.

* “Dan siapakah yang saya maksud dengan kaum Marhaenis? Kaum Marhaenis adalah setiap pejuang dan setiap patriot Bangsa. Yang mengorganisir berjuta-juta kaum Marhaen itu, dan Yang bersama-sama dengan tenaga massa Marhaen itu hendak menumbangkan sistem kapitalisme, imprealisme, kolonialisme, dan

Yang bersama-sama dengan massa Marhaen itu membanting tulang untuk membangun Negara dan masyarakat, yang kuat, bahagia sentosa, adil dan makmur.”

*
o Pidato tertulis PJM Presiden Sukarno pada Konferensi Besar GMNI di Kaliurang Jogjakarta, 17 Februari 1959.

KEMERDEKAAN

* Adakah Lenin ketika dia mendirikan negara Soviet Rusia merdeka telah mempunyai Dnepprprostoff, dan yang maha besar di sungai Dneppr? Apa ia telah mempunyai radio station yang menyundul ke angkasa? Apa ia telah mempunyai kereta-kereta api cukup untuk meliputi seluruh negara Rusia? Apakah tiap-tiap orang Rusia pada waktu Lenin mendirikan Soviet-Rusia merdeka telah dapat membaca dan menulis? Tidak, Tuan-tuan yang terhormat!
o Sumber: Soekarno, Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945

* Indonesia merdeka, political independence, politieke onafhankelijkheid, tidak lain dan tidak bukan ialah satu jembatan!
o Sumber: Soekarno, Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945

* Manakala sesuatu bangsa telah sanggup mempertahankan negerinya dengan darahnya sendiri, dengan dagingnya sendiri, pada saat itu bangsa itu telah masak untuk kemerdekaan. Kalau bangsa kita, Indonesia, walaupun dengan bambu runcing, Saudara-saudara, semua siap sedia mati mempertahankan tanah air kita Indonesia, pada saat itu bangsa Indonesia adalah siap sedia, masak untuk merdeka.
o Sumber: Soekarno, Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945

* Jika tiap-tiap orang Indonesia yang 70 milyun ini lebih dahulu harus merdeka di dalam hatinya, sebelum kita mencapai political independence, saya ulangi lagi, sampai lebur kiamat kita belum dapat Indonesia merdeka! Di dalam Indonesia merdeka itulah kita memerdekakan rakyat kita! Di dalam Indonesia merdeka itulah kita memerdekakan hatinya bangsa kita! Di dalam Saudi Arabia merdeka, Ibn Saud memerdekakan rakyat Arabia satu per satu. Di dalam Soviet-Rusia merdeka Stalin memerdekakan hati bangsa Soviet-Rusia satu per satu.
o Sumber: Soekarno, Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945

* Di seberang jembatan, jembatan emas inilah, baru kita leluasa menyusun masyarakat Indonesia merdeka yang gagah, kuat, sehat, kekal dan abadi.
o Sumber: Soekarno, Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945

* Tidak peduli rakyat dapat baca atau tidak, tidak peduli rakyat hebat ekonominya atau tidak, tidak peduli rakyat bodoh atau pintar, asal menurut hukum internasional mempunyai syarat-syarat suatu negara merdeka, yaitu ada rakyatnya, ada buminya dan ada pemerintahannya, sudahlah ia merdeka.
o Sumber: Soekarno, Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945

* Apakah kita mau Indonesia merdeka yang kaum kapitalisnya merajalela, ataukah yang semua rakyatnya sejahtera, yang semua orang cukup makan, cukup pakaian, hidup dalam kesejahteraan, merasa dipangku oleh Ibu Pertiwi yang cukup memberi sandang pangan kepadanya?
o Sumber: Soekarno, Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945

* Kemerdekaan hanyalah diperdapat dan dimiliki oleh bangsa yang jiwanya berkobar-kobar dengan tekad ‘Merdeka, merdeka atau mati’!
o Sumber: Soekarno, Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945

NEGARA

* Saudara-saudara yang bernama kaum kebangsaan yang di sini, maupun Saudara-saudara yang dinamakan kaum Islam, semuanya telah mufakat, bahwa bukan negara yang demikian itulah kita punya tujuan. kita hendak mendirikan suatu Negara ‘semua buat semua’. Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan, maupun golongan yang kaya, tetapi ‘semua buat semua’.
o Sumber: Soekarno, Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945

* Kita mendirikan negara Indonesia, yang kita semua harus mendukungnya. Semua buat semua! Bukan Kristen buat Indonesia, bukan golongan Islam buat Indonesia, bukan Hadikoesoemo buat Indonesia, bukan Van Eck buat Indonesia, bukan Nitisemito yang kaya buat Indonesia, tetapi Indonesia buat Indonesia, semua buat semua!
o Sumber: Soekarno, Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945

* Negara Republik Indonesia ini bukan milik sesuatu golongan, bukan milik sesuatu agama, bukan milik sesuatu suku, bukan milik sesuatu golongan adat-istiadat, tetapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke!
o Sumber: Soekarno, “Pidato di Surabaya, 24 September 1955’’

* “Saudara-saudara dan rombongan : Buka mata, Buka mata! Buka otak! Buka telinga! Perhatikan, perhatikan keadaan! Perhatikan keadaan dan sedapat mungkin carilah pelajaran dari hal hal ini semuanya, agar supaya saudara saudara dapat mempergunakan itu dalam pekerjaan raksasa kita membangun Negara dan Tanah Air!”.
o Kutipan Pidato Bung Karno di Semarang, 29 Juli 1956

KEBANGSAAN/NASIONALISME

* Kebangsaan Indonesia yang bulat! Bukan kebangsaan Jawa, bukan kebangsaan Sumatra, bukan kebangsaan Borneo, Sulawesi, Bali atau lain-lain, tetapi kebangsaan Indonesia, yang bersama-sama menjadi dasar satu nationale staat.
o Sumber: Soekarno, Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945

* Internationalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak berakar di dalam buminya nasionalisme. Nasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak hidup dalam taman sarinya internasionalisme.
o Sumber: Soekarno, Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945

* “Jikalau ingin menjadi satu bangsa yang besar, ingin menjadi bangsa yang mempunyai kehendak untuk bekerja, perlu pula mempunyai “imagination!”
o Kutipan Pidato Bung Karno di Semarang, 29 Juli 1956

* “imagination” , “ imagination” “imagination “!!! Ciptaan besar!!! Kita yang dahulu bisa menciptakan candi-candi besar seperti Borobudur, dan Prambanan, terbuat dari batu yang sampai sekarang belum hancur ; kini kita telah menjadi satu bangsa yang kecil jiwanya, Saudara-saudara !! Satu bangsa yang sedang dicandra-cengkala kan didalam candra-cengkala jatuhnya Majapahit, sirna hilang kertaning bumi!! Kertaning bumi hilang , sudah sirna sama sekali. Menjadi satu bangsa yang kecil, satu bangsa tugu “rong depa”
o Kutipan Pidato Bung Karno di Semarang, 29 Juli 1956

KESEJAHTERAAN

* Kalau kita mencari demokrasi hendaknya bukan demokrasi barat, tetapi permusyawaratan yang memberi hdup, yakni politik economische democratie yang mampu mendatangkan kesejahteraan sosial! Rakyat Indonesia sudah lama bicara tentang hal ini. Apakah yang dimaksud dengan Ratu Adil? Yang dimaksud dengan faham Ratu Adil ialah social rechtvaardigheid. Rakyat ingin sejahtera. Rakyat yang tadinya merasa dirinya kurang makan kurang pakaian, menciptakan dunia baru yang di dalmnya ada keadilan, di bawah pimpinan Ratu-Adil.
o Sumber: Soekarno, Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945

MONARKI

* Jikalau pada suatu hari Ki Bagoes Hadikoesoemo misalnya, menjadi Kepala Negara Indonesia, dan mangkat, meninggal dunia, jangan anaknya Ki Hadikoesoemo dengan sendirinya, dengan otomatis menjadi pengganti Ki Hadikoesoemo. Maka oleh karena itu saya tidak mufakat kepada prinsip monarki itu.
o Sumber: Soekarno, Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945

GOTONG-ROYONG

* Kekeluargaan adalah suatu faham yang statis, tetapi gotong-royong menggambarkan satu usaha, satu amal, satu pekerjaan, yang dinamakan anggota terhormat Soekardjo satu karyo, satu gawe.
o Sumber: Soekarno, Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945

* Gotong royong adalah pembantingan tulang bersama, pemerasan keringat bersama, perjuangan bantu-membantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. Ho-lopis-kuntul-baris buat kepentingan bersama!
o Sumber: Soekarno, Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945

KEMANUSIAAN

* ‘Bahwa manusia di dunia ini, Saudara-saudara, “basically” – pada dasar dan hakekatnya – adalah sama; tidak beda satu sama lain. Dan oleh karena itu manusia inilah yang harus diperhatikan’
o Kutipan Pidato Bung Karno di Semarang, 29 Juli 1956
free counters